Pernikahan adat Solo yang sarat makna memang selalu memberikan keindahan serta keanggunan pada sang mempelai. Beragam prosesi yang dilakukan menjelang pernikahan tentu memberi arti dan kenangan tersendiri. Simak prosesi
pernikahan adat Solo (
Part 2) yang wajib kalian ketahui dan juga makna di balik proses tersebut dengan lengkap di sini!
Bagian Rangkaian Acara
Merupakan rangkaian prosesi acara yang biasanya dilakukan sehari sebelum pesta pernikahan berlangsung. Prosesi pernikahan adat Solo (
Part 2) ini memang memiliki proses yang cukup panjang, namun tentunya momen ini dapat memberikan pengalaman tak terlupakan untuk calon mempelai.
Pasang Tarub dan Bleketepe
Menjelang pesta pernikahan tepatnya H-1, pintu gerbang dari rumah orang tua calon mempelai wanita akan dihias dengan tarub. Pemasangan tarub ini mengandung arti bahwa sang tuan rumah akan mengadakan pesta atau mantu. Tarub sendiri berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disobek-sobek. Sedangkan bleketepe merupakan anyaman daun kelapa yang masih hijau dan akan dipasang mengelilingi area pernikahan. Ayah dari calon mempelai wanita adalah orang yang bertugas untuk memasang bleketepe. Hal tersebut menggambarkan sikap gotong royong dari pasangan suami istri. Ritual ini juga disertai acara Rasulan untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pasang Tuwuhan dan Bucalan
Tuwuhan memiliki arti “tumbuh”. Tuwuhan sendiri merupakan tumbuh-tumbuhan yang ditaruh di sisi kanan dan kiri pintu utama yang akan dilalui oleh kedua calon mempelai. Tanaman tersebut terdiri dari pisang raja yang sudah matang, kelapa muda, daun randu, dan sebatang padi. Makna yang terkandung dalam tuwuhan adalah doa agar kelak pengantin akan memperoleh kemakmuran, kehormatan, serta keturunan yang berbakti. Sedangkan, bucalan atau sesajen biasanya diletakan pada 4 pojok rumah dengan tujuan untuk menolak bala.
Siraman
Upacara siraman mengandung arti memandikan calon pengantin dan disertai dengan niat membersihkan diri. Upacara ini dilakukan oleh kedua calon mempelai di kediamannya masing-masing. Berdasarkan tradisi, orang yang melakukan siraman harus berjumlah ganjil, tujuh atau sembilan orang. Tahapannya antara lain: calon mempelai mohon doa restu dari kedua orang tua, lalu calon mempelai duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orang tua, dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh orang tuanya sambil berkata, “Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon” terakhir kendi yang telah kosongpun dipecahkan ke lantai.
Meratatus & Mengerik Rambut
Bagi calon mempelai wanita prosesi akan dilanjutkan dengan memberi wewangian sertadilanjutkan pada proses membuat paes. Meratatus yaitu upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih serta wajahnya bercahaya. Bagi calon mempelai pria akan dilanjutkan dengan prosesi ngerik, yaitu proses pemotongan beberapa rambut di bagian tengkuk calon mempelai pria.
Dodol Dawet
Rangkaian prosesi berjualan dawet dilakukan oleh kedua orang tua calon mempelai wanita. Ibu calon mempelai wanita berlaku sebagai penjual dan dipayungi oleh ayah calon mempelai wanita. Bulir-bulir dawet yang melimpah menjadi bentuk harapan agar tamu yang datang juga akan berlimpah. Tamu yang hadir saat acara dodol dawet wajib membeli dawet dan membayarnya dengan kreweng atau wingka (pecahan genting) sebagai pengganti uang.
Pelepasan Ayam
Prosesi ini dilangsungkan di halaman rumah oleh ayah dan ibu calon mempelai wanita. Melepaskan ayam betina merupakan sebuah simbol melepas putri mereka untuk hidup mandiri. Selain itu proses ini juga merupakan pemberian doa agar selalu dipermudah dalam mendapatkan rezeki di kemudian hari.
Tanam Rikmo
Prosesi ini baru dapat dilaksanakan setelah utusan yang membawa rambut calon mempelai pria yang telah dipotong saat prosesi ngerik tiba di rumah calon mempelai wanita. Rambut dari calon mempelai pria dan wanita akan disatukan dalam cepuk dan kemudian dikubur di tempat yang telah ditentukan oleh ayah, ibu serta saudara kandung calon mempelai wanita. Prosesi ini merupakan bentuk harapan agar keburukan yang pernah terjadi pada kedua calon mempelai dapat terkubur bersama seluruh helaian rambut.
Midodareni
Upacara midodareni dilakukan sehari sebelum hari-H. Pada prosesi ini, calon mempelai wanita dilarang tidur dan akan ditemani oleh keluarga dari petang hingga tengah malam. Konon akan ada bidadari yang datang dan menganugerahkan kecantikan bagi calon mempelai wanita. Selama prosesi midodareni, calon mempelai wanita juga tidak diperkenankan bertemu calon mempelai pria karena akan menerima nasihat-nasihat yang berkaitan dengan pernikahan. Orang tua calon mempelai wanita juga akan memberinya makan untuk terakhir kalinya karena mulai besok, ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
Berikut adalah susunan acara Midodareni:
Jonggolan
Acara jonggolan dimaksudkan untuk menunjukkan di hadapan keluarga calon mempelai wanita bahwa calon mempelai pria dalam keadaan sehat. Calon mempelai laki-laki juga akan datang bersama dengan perwakilan keluarga besar sambil membawa berbagai seserahan dalam bentuk bingkisan yang berisi berbagai barang keperluan sehari-hari. Isi seserahan tersebut bisa berupa buah-buahan, peralatan mandi, pakaian, tas, kosmetik, dan makanan tradisional. Seserahan juga harus diberikan dalam jumlah ganjil. Lalu, nantinya seserahan ini akan disimpan di kamar pengantin.
Tantingan
Sekali lagi sang ayah dan ibu akan menanyakan kesungguhan calon mempelai wanita untuk menikah. Setelah itu, calon pengantin wanita akan ikhlas dengan keputusannya dan menyerahkan jawaban sepenuhnya kepada orang tua.
Turunnya Kembar Mayang
Prosesi kembar mayang ini terdiri dari Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru memiliki makna agar calon mempelai pria kelak mampu memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan, Kalpandaru memiliki makna agar rumah tangga yang dibina akan tetap langgeng dan abadi. Konon menurut kepercayaan masyarakat Jawa, Kembar Mayang merupakan pinjaman dari Dewa sehingga setelah dipakai harus dikembalikan dengan cara dihanyutkan atau dibuang di perempatan jalan.
Catur Wedha
Penyerahan Catur Wedha merupakan pemberian nasihat berdasarkan petujuk yang disampaikan oleh ayah calon mempelai wanita kepada calon mempelai laki-laki. Isi dari wejangan tersebut, salah satunya adalah hangayomi, yaitu calon mempelai pria akan diberi nasihat untuk mengayomi dan melindungi istrinya dengan sepenuh hati. Selain itu, ada juga handayani, yaitu nasihat agar calon mempelai pria untuk mencukupi segala kebutuhan istrinya. Pedoman atau nasihat ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk mengarungi kehidupan berumah tangga.
Angsul-Angsul
Angsul-angsul merupakan bingkisan balasan dari pihak calon mempelai wanita kepada pihak calon mempelai pria. Jenis barangnya tidak ditentukan, tetapi harus ada kancing gelung, yaitu seperangkat pakaian lengkap pria beserta keris pusaka untuk dikenakan ketika upacara panggih.
Wilujengan Majemukan
Acara ini dilaksanakan oleh keluarga besar calon mempelai wanita setelah keluarga calon mempelai pria pulang. Pada prosesi ini, calon mempelai wanita akan merogoh isi perut opor ayam jantan guna mengambil hatinya. Prosesi ini menyiratkan agar calon mempelai wanita dapat selalu mengambil hati sang suami.
Bagian Upacara Pernikahan
Upacara Ijab
Prosesi ijab kabul merupakan prosesi pertama pada upacara pernikahan. Prosesi ini melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah prosesi ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua calon mempelai sudah resmi menjadi suami-istri.
Upacara Panggih
Setelah sah dan resmi sebagai suami-istri, kedua mempelai dipertemukan di kursi pelaminan. Sebelumnya, mempelai wanita telah terlebih dahulu duduk di pelaminan bersama kedua orang tuanya. Selama proses panggih berlangsung, kedua orang tua dari pihak pria tidak diperkenankan hadir.
Berikut adalah proses upacara panggih:
Penyerahan Sanggan
Pengantin pria tiba dengan diapit oleh sesepuh dari keluarga pria dan akan dilakukan upacara penyerahan sanggan. Sanggan diberikan oleh pihak mempelai pria kepada kedua orang tua mempelai wanita sebagai bentuk tebusan bagi putri mereka. Sanggan sendiri terdiri dari satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang di pohon, sirih ayu, kembang telon yang berisi bunga mawar, melati, dan kenanga, serta benang lawe. Usai diterima, sanggan diletakkan di bawah atau dekat kursi pelaminan.
Balangan Gantal
Dilanjutkan dengan upacara balangan gantal atau saling melempar lintingan sirih yang berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan menggunakan benang lawe. Prosesi ini dilakukan dari arah berlawanan dengan jarak sekitar 2 meter. Mempelai pria akan melemparkan lintingan sirih ke dahi, dada, dan lutut mempelai wanita. Lalu, dibalas oleh mempelai wanita yang melempar ke dada dan lutut mempelai pria. Ritual ini bertujuan untuk saling melempar kasih sayang dan bentuk sambutan kepada pihak keluarga pria di kediaman wanita.
Ngidak Tigan
Prosesi ini dimulai dengan menyentuhkan telur ayam kampung ke dahi mempelai pria kemudian ke dahi mempelai wanita sebanyak tiga kali. Setelahnya, telur ayam kampung dipecahkan di kaki mempelai pria dan mempelai wanita akan membasuh kaki mempelai pria. Hal ini sebagai bentuk bakti seorang istri kepada suami. Kemudian, orang tua mempelai wanita akan membasuhkan air di tengkuk kedua mempelai agar kelak mereka senantiasa sabar dan tenang dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Sinduran
Prosesi melingkarkan kain sindur di pundak kedua mempelai, pria berada di sisi kanan dan wanita di sisi kiri. Kain sindur merupakan kain memanjang yang memiliki warna merah di bagian tengah dan putih di bagian pinggirannya. Warna merah melambangkan milik wanita dan putih menjadi lambang milik pria. Hal tersebut memiliki makna agar dapat melanjutkan keturunannya. Setelah kain sindur dilingkarkan, kedua mempelai akan berjalan ke pelaminan dengan ayah mempelai wanita berjalan di depan kedua mempelai membawa makna bahwa sang ayah berperan sebagai pembimbing mereka menuju kebahagiaan. Sedangkan, ibu mempelai wanita akan berada di belakang kedua mempelai dan memegang kedua mempelai yang bermakna sebagai pemberi dorongan.
Bobot Timbang dan Tanem Jero
Prosesi bobot timbang adalah prosesi saat ayah mempelai wanita duduk memangku mempelai wanita di paha kiri dan mempelai pria di paha kanan. Kemudian, ibu mempelai wanita akan bertanya, “Lebih berat yang mana?” Jawabannya adalah sama saja karena keduanya adalah anak sendiri meskipun menantu. Masih melibatkan ayah mempelai wanita, kedua mempelai akan berdiri membelakangi kursi pelaminan. Lalu, ayah mempelai wanita akan mendudukkan kedua mempelai dengan cara menepuk dan menekan pundak keduanya secara bersamaan. Selama proses ini juga, sang ayah akan mengucapkan selamat serta doa untuk kedua mempelai.
Kacar Kucur atau Tampa Kaya
Ritual ini mengandung makna bahwa mempelai pria bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga dan mempelai wanita yang menerima nafkah berkewajiban untuk memakainya dengan bijaksana. Jalannya ritual ini adalah mempelai pria menuangkan isi keba (kantong tikar anyaman yang berisi beras kuning, kacang, kedelai, uang logam, dan kembang telon) ke pangkuan mempelai wanita dan diterima dengan kain sindur. Prosesi ini juga diatur sedemikian rupa agar isi keba tidak habis sama sekali dan tidak ada barang yang tercecer.
Dhahar Klimah
Upacara dhahar klimah atau biasa dikenal dengan sebutan suap-suapan merupakan prosesi yang melambangkan kerukunan yang serasi antara suami dan istri. Dalam upacara ini, kedua mempelai saling menyuapi nasi satu sama lain. Upacara ini dimulai dengan mempelai pria membuat 3 kepalan nasi kuning dan diletakkan di atas piring yang dipegang mempelai wanita. Lalu, mempelai wanita akan memakan satu per satu kepalan nasi dan dilanjutkan dengan mempelai pria memberikan segelas air putih kepada mempelai wanita.
Ngunjuk Rujak Degan
Pada upacara ini, kedua mempelai dan orang tua mempelai wanita mencicipi rujak degan, yaitu minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah sehingga terasa manis serta segar. Prosesi ini memiliki makna bahwa segala sesuatu yang manis jangan dinikmati sendiri, melainkan harus dibagi bersama dengan seluruh anggota keluarga.
Bukak Kawah dan Tumplak Punjen
Bukak kawah adalah prosesi yang diperuntukkan bagi mempelai wanita sebagai anak sulung dan tumplak punjen diperuntukkan bagi anak bungsu. Bukak kawah merupakan tradisi membagikan peralatan dapur kepada para tamu. Sedangkan, tumplak punjen merupakan ritual membagikan kantong kain kecil berisi campuran uang serta beras kuning kepada sanak saudara yang datang. Prosesi ini bermakna jika orang tua mempelai wanita akan mengupayakan segara kemampuan bagi pesta putri bungsunya.
Tilik Pitik
Prosesi tilik pitik juga disebut mapag besan yang berarti menjemput besan. Hal ini karena pada prosesi tilik pitik inilah orang tua dari mempelai pria baru diperkenankan hadir.
Sungkeman
Sungkeman dilakukan sebagai wujud bahwa kedua mempelai akan patuh dan berbakti kepada orang tua mereka. Pada prosesi pernikahan adat Solo (
Part 2) ini, kedua mempelai akan sujud kepada orang tua untuk memohon doa restu serta memohon maaf. Sebelum sungkem, mempelai pria juga wajib melepas keris terlebih dahulu.
Kirab
Kirab merupakan barisan arak-arakan yang mengantarkan kedua mempelai menuju pelaminan. Barisan dalam kirab terdiri dari seorang cucuk lampah, dua satrio sakembaran, dua anak gadis kecil patah sakembaran, putri domas yang berjumlah 4-8 gadis remaja, pasangan pengantin, ibu kedua mempelai, ayah kedua mempelai, dan barisan terakhir diisi oleh saudara kandung pengantin wanita, kemudian saudara kandung pengantin pria.Demikianlah prosesi pernikahan adat Solo (
Part 2). Walaupun prosesnya cukup panjang, tetapi prosesi pernikahan adat Solo (
Part 2) ini tentunya memiliki makna dan doa yang baik khususnya untuk sang calon pengantin dan juga keluarganya.